Suatu hari, Raja Harun Al-Rasyid ingin menguji kecerdikan Abu Nawas. Raja memanggil Abu Nawas ke istana dan berkata, “Abu Nawas, aku punya sebuah tugas untukmu. Di seluruh negeri ini, hanya ada satu pohon yang sangat langka. Aku ingin engkau mencarikan air dari daun-daun pohon itu untukku.”
Abu Nawas tahu bahwa permintaan raja ini mustahil dipenuhi. Pohon yang disebutkan raja memang ada, namun daunnya tidak bisa mengeluarkan air. Tapi, sebagai orang yang cerdik, Abu Nawas tidak menunjukkan kekhawatirannya. Dia mengangguk dan berkata, “Baik, Baginda. Saya akan segera mencarikan air dari daun pohon tersebut.”
Abu Nawas pun pulang ke rumah. Dia berpikir keras bagaimana cara mengatasi tugas ini. Setelah beberapa hari berpikir, Abu Nawas mendapatkan ide cemerlang. Dia kembali ke istana dan menemui raja.
“Baginda, saya sudah menemukan caranya,” kata Abu Nawas dengan yakin. “Namun, sebelum saya bisa mengambil air dari daun pohon itu, saya memerlukan satu hal dari Baginda.”
“Apa yang kau perlukan, Abu Nawas?” tanya raja penasaran.
“Saya memerlukan seember penuh air dari lautan yang tidak ada airnya,” jawab Abu Nawas.
Raja terkejut mendengar permintaan Abu Nawas. “Mana mungkin ada lautan yang tidak ada airnya, Abu Nawas? Itu tidak masuk akal!”
Abu Nawas tersenyum. “Begitu pula dengan permintaan Baginda untuk mengambil air dari daun pohon itu. Jika Baginda bisa memenuhi permintaan saya, maka saya pun akan memenuhi permintaan Baginda.”
Raja Harun Al-Rasyid tertawa terbahak-bahak. “Abu Nawas, kau memang cerdik sekali. Aku hanya ingin menguji kecerdikanmu, dan sekali lagi kau berhasil membuktikannya. Aku kagum padamu.”
Sejak saat itu, Raja Harun Al-Rasyid semakin mempercayai kecerdikan Abu Nawas dan sering meminta nasihatnya dalam berbagai hal.